Thursday, June 26, 2014

EXERCISE 6

Diponegoro (By Chairil Anwar)
In the time of awaken
The master recalled to be risen
The ember of admire for burn
In the front master wait till the end
Still, in the enemies of thousand men
Sword and dagger side by side were leant
with wrapped of spirit still stand
FIRE….!!!
This is the line with no fear
Believe shouted to be hear

when it comes to be
so, die it be
FIRE…!!!
For you my country
The fire would be free
Extinct above the servile
perish above the oppressed
Just reach a new death road indeed
if life feel the beat
Rush
Clash
Attack
Break


 Diponegoro (By Chairil Anwar)

 Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954

Sunday, June 15, 2014









Translation Problems 

 

 

a.       Lexical
-          Mereka mengasingkan diri di daerah dataran tinggi.
They self-exiled in the high land.
It’s lexical error, it should be They self-exiled in the hill.
-          Bandung Bondowoso sangat marah dan mengutuknya menjadi sebuah patung Dewi Durga.
Bandung Bondowoso became so angry that he cursed her to be a Dewi Durga statue.
It shold be and he cursed her.
b.      Syntactical
-          Tetapi sang Putri menolak secara halus.
The princess refused him conditionally.
This is syntactical error. The translation should be However, the princess refused him softly.
-          Mataram adalah kerajaan pertama yang muncul pada tahun 732 masehi.
The Mataram kingdom which first appeared in 732 A. D.
It should be is the first kingdom in 732 A. D.
c.       Grammatical
-          Hati-hati jangan sampai kuku jari anda rusak saat melepas penutup belakang.
Be careful not damage your fingernail when you remove the back cover.
I found the translation in the one of the user manual book. It’s grammatical error. Not damage should be don’t damage.
-          Dengan candi Roro Jonggrang sebagai latar belakangnya.
With the Roro Jonggrang temple illuminated in the background.
This is grammatical error, because with shouldn’t in the beginning of the sentence. The translation could be Roro Jonggrang temple as the background.
-          Roro Jonggrang mengumpulkan beberapa wanita untuk memukul-mukul alat penumbuk padi.
Roro Jonggrang gathered some women to repeatedly hit rice pounders.
It should be repeat.
-          Lindungi perangkat, baterai, dan charger dari kerusakan.
Protect the device, batteries, and chargers from damage.
It should be battery, and charger.


 



These are the examples of grammatical error translations.


PROSEDUR PENERJEMAHAN

Menurut KBBI (2005:899), prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Adapun yang dimaksud dengan prosedur penerjemahan adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan penerjemahan. Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangkan prosedur penerjemahan  berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil (textual micro-units) seperti klausa, frase, kata, dan lain-lain (Machali, 2000:62). Molina dan Albir (2002:508) berpendapat bahwa prosedur sama dengan strategi yang digunakan oleh para penerjemah untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses penerjemahan berdasarkan tujuan penerjemah itu sendiri. 
          Berkaitan dengan prosedur penerjemahan, Newmark (1981: 75-77; 1988:8192) menyodorkan beberapa prosedur penerjemahan, namun tidak semua prosedur penerjemahan yang dia sodorkan digunakan oleh para penerjemah Indonesia yang menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia. Prosedurprosedur penerjemahan tersebut adalah pergeseran bentuk, pergeseran makna, naturalisasi, pemadanan berkonteks, dan pemadanan bercatatan (Machali, 2000:63-77).  

           
1. Pergeseran Bentuk
         Pergeseran bentuk (transposition) menurut Catford (1965:73) disebut dengan istilah shift, adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari Bsu ke Bsa. Ada empat jenis pergeseran bentuk: 
1) Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini, penerjemah tidak punya pilihan lain, ia wajib melakukan transposisi itu, misalnya: 
a.      Penerjemahan pronomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi nomina tunggal dalam bahasa Indonesia.
Tsu    : a pair of shoes and shocks
Tsa    : sepasang sepatu dan kaus kaki
b.      Pengulangan ajektiva dalam bahasa Indonesia dari adverbia yang menerangkan subjek berpronomina jamak dalam bahasa Inggris.
Tsu    : Ungaran peoples are friendly.
  Tsa     : Warga Ungaran ramah-ramah
c.      Ajektiva + nomina menjadi nomina + ajektiva.
  Tsu    : The big house
  Tsa     : rumah (yang) besar
2)      Pergeseran karena suatu struktur gramatikal dalam Bsu tidak ada dalam Bsa.
a.       Peletakan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia yang tidak ada dalam konsep struktur gramatikal bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat pasif, sehingga struktur kalimatnya tetap berbentuk kalimat berita biasa. 
Tsu    : We have to buy those book.
Tsa    : Rumah itu harus kita beli. 
b.      Peletakan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia yang tidak lazim dalam struktur bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka padanannya memakai struktur kalimat berita biasa.
Tsu        : Its usage has been forbidden.
Tsa        : Telah dilarang penggunaannya. 
3)      Pergeseran karena alasan kewajaran ungkapan, padanan Bsu tidak wajar atau kaku dalam Bsa. 
a.       Nomina/frase nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.
Tsu     : we have to pay several dollars for the activation of the card member
Tsa     : Kita harus membayar beberapa dollar untuk mengaktifkan kartu member
b.      Ajektiva + nomina/frase nomina dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.
Tsu    : medieval drama
Tsa    : drama jaman pertengahan 
c.       Klausa dalam bentuk participal dalam Bsu dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa. 
Tsu    : The motorcylce bought by the my father is expensive
Tsa     : Sepeda motor yang dibeli oleh ayahku mahal 
d.      Ajektiva + nomina menjadi nomina + klausa
Tsu    : working class
Tsa     : kelas bagi para pekerja
      i) nomina  → verba  
Tsu : It was an ease climb up the mountain.
Tsa : Sunguh mudah mendaki gunung itu
 ii) ajektiva → verba
Tsu     : The neighbours were kind to the family.
Tsa     : Para tetangga itu baik pada keluarga tersebut.
4)      Pergeseran unit misalnya kata menjadi frase, dan frase menjadi klausa yang sering kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas.
a.       Kata mejadi frase
Tsu     : worse 
Tsa     : sangat buruk
b.      Frase menjadi klausa 
Tsu     : The man with black shoes is Mr. white.
 Tsa     : Laki-laki yang memakai sepatu hitam itu adalah Tuan Green.
2.  Pergeseran Makna
Pergeseran makna (modulation) dibagi menjadi dua, yaitu modulasi wajib dan modulasi bebas (Newmark dalam Machali, 2000:69).  
1)      Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata atau frase Bsu tidak ada padanannya dalam Bsa, sehingga perlu dimunculkan. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut: 
a.      Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya.
i) Infinitive of purpose  dalam bahasa Inggris.
Tsu     : The machine is hard to fix.
Tsa     : Mesin itu sukar (untuk) diperbaiki. 
ii) Konstruksi pasif nol dalam bahasa Indonesia menjadi konstruksi aktif dalam bahasa Inggris
Tsu (Ind)     : baju itu akan saya beli  besok pagi.
Tsa (Ing)     : I will buy those t-shirt tomorrow morning.
 
b.      Kata yang bernuansa khusus dalam Bsu diterjemahkan menjadi kata yang bernuansa umum dalam Bsa.
Tsu    : Dinner (makan malam special di budaya barat)
Tsa    : makan malam (biasa)
2)      Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan nonlinguistik, misalnya untuk memperjelas makna, menimbulkan pertalian arti dalam Bsa, mencari padanan yang terasa alami dalam Bsa, dan sebagainya.  
a.      Menyatakan secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam Bsu.
Tsu    : Musical degradation
Tsa    : penurunan mutu dalam bermusik

b.      Frase preposisional sebab-akibat dalam BSu menjadi klausa sebab-akibat dalam BSa.
Tsu : our music become flat and not really good  from the consequences of musical degradation.
Tsa : Musik kita menjadi datar dan tidak menarik  karena (adanya) penurunan mutu bermusik.
c.      Bentuk positif dalam Bsu menjadi negatif ganda dalam Bsa.
Tsu    : The duel are bound to occur.
Tsa    : pertarungan tak urung terjadi juga (urung = tidak jadi) 
3.  Naturalisasi
Naturalisasi (naturalization) adalah sebuah prosedur  penerjemahan yang melakukan proses dengan cara pertama mentransfer dan mengadaptasi kata Bsu terlebih dahulu ke dalam pengucapan yang normal (the normal pronunciation), kemudian  mentransfer dan mengadaptasikannya ke dalam bentukan-bentukan kata yang normal (the normal morphology/word-forms), misalnya kata performance (Ing) dinaturalisasikan ke dalam bahasa Jerman menjadi performanz (Jr). Contoh lain dalam bahasa Indonesia ada kata ‘estat’ yang merupakan hasil naturalisasi dari kata bahasa Inggris estate, kata ‘polis’ dalam bahasa Malaysia dinaturalisasi dari kata bahasa Inggris  police. Konsep naturalisasi Newmark menurut Nida disebut dengan borrowing, yang memberi penjelasan bahwa kata bahasa Inggris performance itu dipinjam dari kata bahasa Jerman performanz. Pendapat ini diperkuat oleh Vinay dan Darbelnet (1977) yang mengelompokkan Naturalisasi Newmark ini ke dalam prosedur penerjemahan, contohnya kata bahasa Inggris bulldozer dipinjam langsung ke dalam bahasa Francis menjadi bulldozer. Adapun Molina dan Albir (2002) mengelompokkannya ke dalam teknik penerjemahan dengan sebutan pinjaman murni (pure borrowing), contohnya kata bahasa Inggris lobby dipinjam langsung secara murni  oleh bahasa Spanyol menjadi lobby, sedangkan jika kata bahasa Inggris meeting menjadi kata bahasa Spanyol mitin, mereka sebut dengan naturalisasi. Pendapat ini sama dengan pendapat Newmark (Molina dan Albir, 2002:501, 505).
 
4.  Pemadanan Berkonteks
 Padanan berkonteks (contextual conditioning) adalah penempatan suatu informasi dalam konteks, agar maknanya jelas bagi penerima informasi. Contoh prosedur penerjemahan ini adalah penerjemahan ungkapan bahasa Inggris good evening dan good night ke dalam konteks bahasa Indonesia atau sebaliknya. Konteks good evening dalam bahasa Inggris sepadan dengan konteks ‘selamat malam’ untuk situasi di Indonesia ketika orang bertemu di malam hari, sedangkan konteks good night diterjemahkan ke dalam konteks ‘selamat malam’ untuk situasi ketika orang berpisah di malam hari, sehingga terjemahannya bisa menjadi ‘selamat berpisah’ atau ‘selamat tidur’ yang sangat berbeda dengan ‘selamat malam’-nya good evening. 
Contoh lain adalah penerjemahan kata bahasa Inggris the bigeye tuna yang membutuhkan penjelas konteks dengan kata tambahan ‘ikan’ sehingga kata the bigeye tuna  itu adalah jenis ikan tuna mata besar (Machali, 2000: 72). Perhatikan contoh berikut:
Tsu    : The bigeye tuna is one of the most delicious fish to eat.
Tsa    : ikan tuna mata besar menjadi salah satu ika yang paling enak dimakan.
5. Pemadanan Bercatatan
 Pemadanan bercatatan adalah prosedur penerjemahan yang digunakan jika penerjemah menerjemahkan kata atau ungkapan yang padanan leksikalnya sama sekali tidak ada dalam Bsa, seperti kata sarung, batik, gado-gado dalam bahasa Indonesia tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris, sehingga jika penerjemah akan menerjemahkan kata-kata tersebut, dia harus membuat catatan kaki atau footnotes atau notes (Newmark, 1988:91-92; Machali, 2000:72-73; Hurtado Albir, 2002:504). Prosedur penerjemahan ini dilakukan jika penerjemah melakukan penerjemahan etnografik. Perhatikan contoh berikut:
1.  Tsu     : Jonah join the Halloween party at her school.
    Tsa     : Jonah mengikuti pesta Halloween di sekolahnya.
 Catatan kaki: Halloween adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama dirayakan di Amerika Serikat (Machali, 2000:73).
2.  Tsu     : “Well, it’s ten acres,” said George.
Tsa     : “Baik. Lebarnya sepuluh acre,” kata George. Catatan kaki: 1 acre kurang lebih setara dengan 1 hektar (Pramoedya Ananta Toer, 2003:59).
3.  Tsu : Roni membeli pecel kemarin.
Tsa : Wati bought pecel yesterday. Catatan kaki (Footnotes): pecel is green vegetable such which is eaten with peanut sauce.

Tuesday, May 6, 2014

Bilingual Not Effective, Dual Language as the Solution





According to recent research result, bilingual education system in Indonesia is less effective because it neglects Indonesian language. The impact will be felt when children go to the higher level education. Dr. David Freeman, Professor of curriculum and Instruction, and Dr. Yvonne Freeman, Professor of Bilingual Education from the United States, expressed  their research result regarding bilingual education emphasizing more on the foreign languages in schools. According to Freeman, a mastery of foreign languages is important, but not to ignore first language or mother language, in this case is English.

That was delivered by husband and wife Freeman in a seminar held by the school High/Scope School of Indonesia about 'Dual Language, Theory and Effective programs' Wednesday, 13 May. This seminar held in order to commemorate National Education Day. In the seminar, also explained the research result from Thomas & Collier in 1997 toward students in the United States. Children whose initial education using first language (English) have academic level higher than other children whose initial education using foreign language (Spanish) .

Awaring the importance of first language besides English,  Dual Language program is considered as the solution of academic problems that will be faced by children in the future. The Dual Language program refers to additives program, that is co-ordinating the use of language first and foreign languages.

This is closely related to the early formation concep of children's academic. Children who have strong academic concept in his first language, can have a good academic ability in foreign languages. But, on the contrary, children who do not have strong academic concepts in first languag, also do not have strong academic ability in both the language. Still related to Freeman’s research in Washington, United States, shows that children who are running the Dual Language program, in which their academic ability is strong, whether in his first language and foreign languages, are more successful and high paid when working in companies.

According to Antarina S. F Amir, Managing Director of High/Scope School of Indonesia, in practicing Dual Language program, the lesson system using two languages. There is a subject that uses Indonesian language and some subjects that uses English. And in reviews, view, and preview that use other languages. The other way to apply the Dual Language setting ‘Language of The Day' alternately between English and Bahasa Indonesia. Thus, children understand the concept in both Indonesian and English. Children’s ability in speaking Indonesian is sharpened, too.

Until this time, High/Scope School of Indonesia is first school in Indonesia which uses Dual Language program. According to Antarina, this program has been already done during the last two years, but the result is still cannot able to be seen. "Most schools who tried to run the program and failed are those who are not patience in testing Dual Language in their schools. Indeed, it needs patience, because the result could be seen four years later, depending on each children" said Antarina.


Source: http://www.ayahbunda.co.id/berita.ayahbunda/Info+Keluarga/bilingual.tidak.efektif.dual.language.solusinya/002/002/131/all/0/1