Menurut KBBI
(2005:899), prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Adapun yang dimaksud dengan prosedur penerjemahan adalah tahap kegiatan untuk
menyelesaikan penerjemahan. Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada
satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks,
sedangkan prosedur penerjemahan berlaku
untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil (textual micro-units) seperti klausa, frase, kata, dan lain-lain
(Machali, 2000:62). Molina dan Albir (2002:508) berpendapat bahwa prosedur sama
dengan strategi yang digunakan oleh para penerjemah untuk memecahkan
masalah-masalah dalam proses penerjemahan berdasarkan tujuan penerjemah itu
sendiri.
Berkaitan dengan
prosedur penerjemahan, Newmark (1981: 75-77; 1988:8192) menyodorkan beberapa
prosedur penerjemahan, namun tidak semua prosedur penerjemahan yang dia
sodorkan digunakan oleh para penerjemah Indonesia yang menerjemahkan teks
berbahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia. Prosedurprosedur penerjemahan
tersebut adalah pergeseran bentuk, pergeseran makna, naturalisasi, pemadanan
berkonteks, dan pemadanan bercatatan (Machali, 2000:63-77).
1. Pergeseran Bentuk
Pergeseran bentuk (transposition)
menurut Catford (1965:73) disebut dengan istilah shift, adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan
pengubahan bentuk gramatikal dari Bsu ke Bsa. Ada empat jenis pergeseran
bentuk:
1) Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan
oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini, penerjemah tidak punya pilihan
lain, ia wajib melakukan transposisi itu, misalnya:
a.
Penerjemahan
pronomina jamak dalam bahasa Inggris
menjadi nomina tunggal dalam bahasa Indonesia.
Tsu : a pair of shoes
and shocks
Tsa : sepasang
sepatu dan kaus kaki
b.
Pengulangan
ajektiva dalam bahasa Indonesia dari adverbia yang menerangkan subjek
berpronomina jamak dalam bahasa Inggris.
Tsu
: Ungaran peoples are friendly.
Tsa : Warga Ungaran ramah-ramah.
c.
Ajektiva + nomina
menjadi nomina + ajektiva.
Tsu :
The big
house
Tsa : rumah (yang) besar
2)
Pergeseran
karena suatu struktur gramatikal dalam Bsu tidak ada dalam Bsa.
a.
Peletakan
objek di latar depan dalam bahasa Indonesia yang tidak ada dalam konsep
struktur gramatikal bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat pasif, sehingga
struktur kalimatnya tetap berbentuk kalimat berita biasa.
Tsu
: We
have to buy those book.
Tsa : Rumah itu harus kita beli.
b.
Peletakan
verba di latar depan dalam bahasa Indonesia yang tidak lazim dalam struktur
bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka padanannya memakai
struktur kalimat berita biasa.
Tsu : Its
usage has been forbidden.
Tsa : Telah dilarang penggunaannya.
3)
Pergeseran
karena alasan kewajaran ungkapan, padanan Bsu tidak wajar atau kaku dalam Bsa.
a.
Nomina/frase
nomina dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.
Tsu : we
have to pay several dollars for the activation of the card member
Tsa : Kita harus membayar beberapa dollar untuk mengaktifkan kartu member
b. Ajektiva + nomina/frase nomina dalam
Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.
Tsu
: medieval drama
Tsa : drama
jaman pertengahan
c.
Klausa
dalam bentuk participal dalam Bsu
dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa.
Tsu : The
motorcylce bought by the my father is
expensive
Tsa : Sepeda motor yang dibeli oleh ayahku mahal
d.
Ajektiva + nomina
menjadi nomina + klausa
Tsu
: working class
Tsa
: kelas bagi para pekerja
i) nomina → verba
Tsu : It was an ease climb up the mountain.
Tsa : Sunguh mudah mendaki
gunung itu.
ii) ajektiva → verba
Tsu : The neighbours were kind to
the family.
Tsa : Para tetangga itu baik pada keluarga
tersebut.
4)
Pergeseran
unit misalnya kata menjadi frase, dan frase menjadi klausa yang sering kita
jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas.
a.
Kata mejadi frase
Tsu : worse
Tsa : sangat buruk
b.
Frase menjadi
klausa
Tsu :
The man
with black shoes is Mr. white.
Tsa : Laki-laki yang memakai
sepatu hitam itu adalah Tuan Green.
2. Pergeseran
Makna
Pergeseran makna (modulation)
dibagi menjadi dua, yaitu modulasi wajib dan modulasi bebas (Newmark dalam
Machali, 2000:69).
1)
Modulasi wajib dilakukan apabila suatu kata atau
frase Bsu tidak ada padanannya dalam Bsa, sehingga perlu dimunculkan.
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
a.
Struktur aktif
dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan sebaliknya.
i) Infinitive of purpose dalam bahasa Inggris.
Tsu
: The machine is hard to fix.
Tsa : Mesin itu sukar (untuk)
diperbaiki.
ii) Konstruksi pasif nol dalam bahasa
Indonesia menjadi konstruksi aktif dalam bahasa Inggris
Tsu (Ind) :
baju itu akan saya beli besok pagi.
Tsa (Ing) : I will buy those t-shirt tomorrow morning.
b.
Kata
yang bernuansa khusus dalam Bsu diterjemahkan menjadi kata yang bernuansa umum
dalam Bsa.
Tsu :
Dinner (makan malam special di budaya
barat)
Tsa :
makan malam (biasa)
2)
Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang
dilakukan karena alasan nonlinguistik, misalnya untuk memperjelas makna,
menimbulkan pertalian arti dalam Bsa, mencari padanan yang terasa alami dalam
Bsa, dan sebagainya.
a.
Menyatakan
secara tersurat dalam Bsa apa yang tersirat dalam Bsu.
Tsu
: Musical degradation
Tsa :
penurunan mutu dalam bermusik
b. Frase preposisional sebab-akibat
dalam BSu menjadi klausa sebab-akibat dalam BSa.
Tsu
: our music become flat and not really
good from
the consequences of musical degradation.
Tsa : Musik kita menjadi datar dan tidak menarik karena
(adanya) penurunan mutu bermusik.
c.
Bentuk positif
dalam Bsu menjadi negatif ganda dalam Bsa.
Tsu
: The
duel are bound to occur.
Tsa : pertarungan
tak urung terjadi juga (urung = tidak jadi)
3. Naturalisasi
Naturalisasi (naturalization)
adalah sebuah prosedur penerjemahan yang
melakukan proses dengan cara pertama mentransfer dan mengadaptasi kata Bsu
terlebih dahulu ke dalam pengucapan yang normal (the normal pronunciation), kemudian
mentransfer dan mengadaptasikannya ke dalam bentukan-bentukan kata yang
normal (the normal morphology/word-forms),
misalnya kata performance (Ing)
dinaturalisasikan ke dalam bahasa Jerman menjadi performanz (Jr). Contoh lain dalam bahasa Indonesia ada kata
‘estat’ yang merupakan hasil naturalisasi dari kata bahasa Inggris estate, kata ‘polis’ dalam bahasa
Malaysia dinaturalisasi dari kata bahasa Inggris police.
Konsep naturalisasi Newmark menurut Nida disebut dengan borrowing, yang memberi penjelasan bahwa kata bahasa Inggris performance itu dipinjam dari kata
bahasa Jerman performanz. Pendapat
ini diperkuat oleh Vinay dan Darbelnet (1977) yang mengelompokkan Naturalisasi
Newmark ini ke dalam prosedur penerjemahan,
contohnya kata bahasa Inggris bulldozer
dipinjam langsung ke dalam bahasa Francis menjadi bulldozer. Adapun Molina dan Albir (2002) mengelompokkannya ke
dalam teknik penerjemahan dengan sebutan pinjaman murni (pure borrowing), contohnya kata bahasa Inggris lobby dipinjam langsung secara murni oleh bahasa Spanyol menjadi lobby, sedangkan jika kata bahasa
Inggris meeting menjadi kata bahasa
Spanyol mitin, mereka sebut dengan
naturalisasi. Pendapat ini sama dengan pendapat Newmark (Molina dan Albir,
2002:501, 505).
4. Pemadanan
Berkonteks
Padanan berkonteks (contextual
conditioning) adalah penempatan suatu informasi dalam konteks, agar
maknanya jelas bagi penerima informasi. Contoh prosedur penerjemahan ini adalah
penerjemahan ungkapan bahasa Inggris good
evening dan good night ke dalam
konteks bahasa Indonesia atau sebaliknya. Konteks good evening dalam bahasa Inggris sepadan dengan konteks ‘selamat
malam’ untuk situasi di Indonesia ketika orang bertemu di malam hari, sedangkan
konteks good night diterjemahkan ke
dalam konteks ‘selamat malam’ untuk situasi ketika orang berpisah di malam
hari, sehingga terjemahannya bisa menjadi ‘selamat berpisah’ atau ‘selamat
tidur’ yang sangat berbeda dengan ‘selamat malam’-nya good evening.
Contoh lain adalah penerjemahan kata bahasa Inggris the bigeye tuna yang membutuhkan
penjelas konteks dengan kata tambahan ‘ikan’ sehingga kata the bigeye tuna itu adalah
jenis ikan tuna mata besar (Machali, 2000: 72). Perhatikan contoh berikut:
Tsu
: The bigeye tuna is one of the most delicious
fish to eat.
Tsa : ikan tuna mata
besar menjadi salah satu ika yang paling enak dimakan.
5. Pemadanan Bercatatan
Pemadanan bercatatan
adalah prosedur penerjemahan yang digunakan jika penerjemah menerjemahkan kata
atau ungkapan yang padanan leksikalnya sama sekali tidak ada dalam Bsa, seperti
kata sarung, batik, gado-gado dalam
bahasa Indonesia tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris, sehingga jika
penerjemah akan menerjemahkan kata-kata tersebut, dia harus membuat catatan
kaki atau footnotes atau notes (Newmark, 1988:91-92; Machali,
2000:72-73; Hurtado Albir, 2002:504). Prosedur penerjemahan ini dilakukan jika
penerjemah melakukan penerjemahan etnografik. Perhatikan contoh berikut:
1. Tsu : Jonah join the Halloween party at her
school.
Tsa
: Jonah mengikuti pesta Halloween di sekolahnya.
Catatan kaki: Halloween
adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama
dirayakan di Amerika Serikat (Machali, 2000:73).
2. Tsu : “Well,
it’s ten acres,” said George.
Tsa : “Baik. Lebarnya sepuluh acre,” kata George. Catatan kaki: 1 acre
kurang lebih setara dengan 1 hektar (Pramoedya Ananta Toer, 2003:59).
3.
Tsu : Roni
membeli pecel kemarin.
Tsa : Wati bought pecel yesterday. Catatan kaki
(Footnotes): pecel is green vegetable such which is eaten with peanut sauce.